Pelatihan Blog Etos 2015
Sabtu, 03 Desember 2016
Tulisan ke-2
Hari ini saya belajar membuat blog bersama anggota Etos angkatan 2015. Saya berharap blog ini bisa aktif. Tulisan tentang pengalaman berkesan saya akan tampilkan di blog ini. Karena percaya tak ada ....
Kriminalitas Samarinda Bikin Was-was
INTENSITAS tindak kejahatan di Kota Tepian meningkat. Terutama
aksi penjambretan dan pembegalan di jalan. Hingga kemarin (18/9), patroli
personil kepolisian Polresta Samarinda semakin gencar dilakukan. Bahkan,
patroli mulai menyasar target khusus, yakni geng remaja yang kerap kali
meresahkan masyarakat.
Maraknya aksi kriminalitas di
Samarinda ini tentu sangat meresahkan warga. Masih segar dalam ingatan,
tewasnya Rika Novita Syoer, guru SD IT Cordova, karena mengalami kecelakaan
akibat aksi penjambretan beberapa pekan lalu. Tak hanya itu, kasus kriminal serupa
juga terjadi di kampus Universitas Mulawarman. Dua orang mahasiswa, Rahmat dan
Cahya, pengurus di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Farmasi jadi
korban. Mereka terluka parah akibat pembacokan dari kawanan perampok yang
menyatronik sekretariat mereka. Berkat kejadian itu, petinggi Unmul bahkan
menerapkan keamanan berlapis. Tiap pintu gerbang Unmul saat ini selalu dijaga
aparat keamanan kampus.
Meski begitu, tingginya
kriminalitas masih saja marak terjadi di ibu kota Kaltim. Hal ini memicu warga
menuntut Pemkot Samarina dan aparat penegak hukum berperan lebih aktif dalam
memberantas tindak kriminal, khususnya begal dan jambret. Melalui jajak pendapat yang dilakukan oleh Tim
Riset kaltim Post, diperoleh persepsi warga terhadap pemicu kasus begal serta
peran pemkot dan aparat pengak hukum dalam mengatasi kasus kriminal di Samarinda yang masih dianggap
minim.
Koordinator Tim Riset Kaltim Post,
Erizal Respati, mengatakan, berdasarkan hasil survei, faktor yang
mendasari meningkatnya kasus kriminal di
Samarinda menurut warga didasari faktor ekonomi. Bahkan, persentasenya mencapai
51 persen. Lalu, fakto pemicu lain adalah akibat penyalahgunaan narkoba.
“Desakan ekonomi membuat pelaku
kriminal menghalalkan segala cara. Mulai jambret, hingga pembegalan,” kata
Erizal.
Dia melanjutkan, survei yang dilakukan
terhadap 100 warga Samarinda dengan kriteria usia minimal 20 tahun itu mendapati masih banyak warga kecewa atas kinerja
pemerintah maupun aparat pemerintah. Mayoritas warga menganggap pemeritnah dan
aparat keamanan belum maksimal berperan untuk menjamin rasa aman.
Adapun persentase warga yang
menganggap peran pemkot belum maksimal dalam memberikan rasa aman mencapai 88
persen. Hanya 11 persen warga yang menganggap pemkot sudah punya peran.
Sementara kepercayaan masyarakat
atas peran aparat penegak hukum dalam memberantas begal di Samarinda juga masih
rendah. Persentasenya mencapai 80 persen. Hanya 19 persen warga yang menganggap
aparat berperan maksimal.
“Karena meresahkan, 66 persen hasil
survei, warga menganggap hukuman bagi pelaku kriminal, terutama begal belum
cukup. Perlu sanksi lebih berat,” tutur dia.
Kurang maksimalnya peran pemkot dan
aparat penegak hukum dalam memberantas kasus begal di Samarinda, membuat mayoritas
responden menuntut pemkot memperbanyak fasilitas CCTV. Khususnya di jalan-jalan
yang rawan penjambretan, serta pembegalan. Selain itu, warga juga meminta
kepolisian untuk rutin melakukan patroli 24 jam.
“Teknik sampling yang digunakan adalah
simple random sampling dengan margin of error dan taraf kepercayaan
masing-masing sebesar 10 persen dan 95 persen,” pungkasnya.
LAWAN KRIMINALITAS
Wakil Wali Kota Samarinda Nusyirwan
Ismail geram atas maraknya tindakan kriminalitas di jalanan. Pun begitu,
Nusyirwan meminta warga untuk tetap menahan diri dengan tidak melakukan
tindakan main hakim sendiri.
“Kejahatan jangan dilawan dengan
kejahatan juga. Warga harus taat hukum,” ucap Nusyirwan.
Dia mengakui, maraknya kejahatan di
jalan membuat warga Kota Tepian waswas. Bahkan, beberapa warga menyampaikan
siap mempersenjatai diri dengan benda tajam, seperti parang dan senapan angin
untuk menghentikan pelaku begal maupun jambret. Namun, cara tersebut menurutnya
tidak tepat. Warga dia minta untuk menghidupkan kembali sistem keamanan
lingkungan (siskamling) yang sudah jarang ditemui.
“Kepolisian dan Satpol PP pasti
lebih intensif menjaga keamanan. Tapi untuk mengantisipasi kejahatan harus ditekan dari lingkungan RT,” tutur dia.
Selain itu, ke depan, sebut dia,
Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang juga sudah berjanji untuk menambah jumlah motor
patroli kepolisian dan CCTV di tiap jalan-jalan Kota Tepian. Hal itu berguna
untuk membantu petugas meminimalisasi tindakan kriminal di jalan.
“Tapi
warga juga harus waspada. Hindari penggunaan pernak-pernik perhiasan yang bisa
mengundang tindak kejahatan seperti begal dan jambret. Ingat! Kejahatan itu
tidak hanya terjadi karena niat pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan,” imbaunya.
Langganan:
Postingan (Atom)